Breaking

LightBlog

Tuesday, 21 October 2025

Spirit Santri Pringsewu: Merajut Doa dan Mengenang Sejarah di Pusara KH. Ghalib

thumbnail

Dalam suasana khidmat menyambut Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Pemerintah Kabupaten Pringsewu memilih Makam KH. Ghalib di Pringsewu Barat sebagai pusat gelaran istighotsah. Acara yang berlangsung pada Selasa malam, 21 Oktober 2025 ini, tidak hanya menjadi momen refleksi spiritual, namun juga pengingat akan jejak perjuangan yang telah ditorehkan.

Berbagai elemen masyarakat turut memadati lokasi bersejarah tersebut, mulai dari jajaran pemerintah daerah, DPRD, Forkopimda, perwakilan MUI, NU, Muslimat, Fatayat NU, hingga ribuan jamaah dan santri yang antusias hadir dari seantero Kabupaten Pringsewu.

Wakil Bupati Pringsewu, Umi Laila, yang mewakili Bupati Riyanto Pamungkas, menyampaikan salam hangat Hari Santri Nasional, menegaskan bahwa momen ini adalah 'hari raya' bagi kaum santri. Ia berharap peringatan ini mampu membakar semangat pondok pesantren dan para santri untuk terus berkarya. Apresiasi khusus juga disampaikan kepada PCNU Kabupaten Pringsewu atas kontribusinya dalam rangkaian peringatan HSN, serta kepada keluarga besar KH. Ghalib. Sosok KH. Ghalib digambarkan sebagai figur multidimensional: seorang hartawan, dermawan, negarawan, dan pahlawan yang patut dikenang serta diteladani perjuangannya. Dalam kesempatan itu, Wabup Umi Laila turut memohon dukungan dan doa dari seluruh masyarakat demi terwujudnya Pringsewu yang Mandiri, Aman, Kondusif, Maju, Unggul, dan Religius (Makmur).

Dari pihak keluarga KH. Ghalib, KH. Samsul Ma'arif mengungkapkan kebanggaan atas penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, sebuah bentuk penghargaan negara terhadap kontribusi santri. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemkab Pringsewu atas konsistensinya memilih Makam KH. Ghalib sebagai lokasi utama peringatan HSN. Ditekankannya bahwa KH. Ghalib bukan hanya pendiri dan perintis pondok pesantren pertama di Pringsewu, bahkan mungkin di Lampung, tetapi juga seorang ulama sekaligus pemimpin Laskar Hizbullah di masa perang kemerdekaan. Perjalanan dakwahnya yang panjang, dari Jawa, singgah di Singapura, Johor, Deli Serdang, hingga akhirnya berlabuh di Pringsewu, ditutup dengan syahid di tangan pasukan Belanda, menjadikannya sosok yang tak lekang oleh zaman.

No comments:

Post a Comment

Adbox