Breaking

LightBlog

Friday, 12 December 2025

Optimalisasi Ketahanan Pangan Pringsewu: Inspeksi Mendalam BUMDes Ambarawa dan Kresnomulyo

thumbnail

News Global - Pringsewu, sebuah kabupaten yang berkomitmen kuat terhadap pemberdayaan masyarakat dan kemandirian ekonomi, kembali menunjukkan langkah progresifnya dalam memastikan ketersediaan pangan lokal. Melalui inisiatif dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pekon (PMP) serta Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten Pringsewu, serangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) intensif telah dilaksanakan untuk memantau program Ketahanan Pangan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kegiatan penting ini, yang telah bergulir sejak Senin, 8 Desember 2025, tidak hanya melibatkan tim inti dari Dinas PMP dan TAPM, tetapi juga didukung penuh oleh dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian (bidang peternakan) dan Dinas Perikanan, menunjukkan sinergi antarlembaga yang kuat dalam memperkuat fondasi ekonomi lokal.

Fokus utama dari monev ini adalah untuk mengevaluasi kondisi Penyertaan Modal BUMDes yang dialokasikan khusus untuk sektor ketahanan pangan, terutama pasca-terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 81 Tahun 2025. Kekhawatiran akan realisasi penyaluran modal dari pekon ke BUMDes memang menjadi perhatian serius. Berdasarkan data terkini yang disampaikan oleh Ibu Rosyidah, seorang Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten Pringsewu, tercatat bahwa hingga saat ini, baru 67 dari total 126 pekon di Pringsewu yang telah merealisasikan penyertaan modal tersebut. Angka ini menegaskan urgensi pendampingan dan percepatan agar potensi BUMDes dalam menopang ketahanan pangan dapat terwujud sepenuhnya demi kesejahteraan masyarakat.

Pada hari Jumat, 12 Desember 2025, tim gabungan yang terdiri dari perwakilan Dinas PMP, TAPM Kabupaten Pringsewu, Dinas Pertanian bidang peternakan, Dinas Perikanan, serta Tim Pendamping Desa, secara khusus menyambangi dua pekon yang menunjukkan potensi signifikan: Pekon Ambarawa dan Pekon Kresnomulyo. Di Pekon Ambarawa, fokus monev adalah pada program ternak sapi yang dikelola oleh BUMDes setempat, sebagai salah satu upaya diversifikasi sumber protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak. Sementara itu, Pekon Kresnomulyo menjadi sorotan utama dengan program inovatifnya di bidang perikanan, yakni budidaya Biofloc Ikan Nila. Selain agenda monitoring, setiap kunjungan juga diisi dengan sesi diskusi dan pembinaan mendalam dari masing-masing tim sesuai latar belakang keilmuan, guna memberikan masukan teknis dan manajerial yang relevan serta solusi atas tantangan di lapangan.

Program Biofloc Ikan Nila di BUMDes Kresno Jaya Pekon Kresnomulyo, yang juga didampingi oleh Camat Ambarawa, Bapak Anton, menunjukkan progres yang sangat menjanjikan dan menjadi percontohan. Dengan total 14 kolam berdiameter 4 meter, masing-masing kolam memiliki kapasitas hingga 2.000 ekor ikan, menandakan skala produksi yang cukup besar. Saat ini, 10 kolam sudah aktif dengan penebaran benih, sementara 4 kolam lainnya telah direncanakan untuk proses pemilahan ikan dan pembibitan. Aris, selaku Sekretaris BUMDes dan pelaku utama di balik kesuksesan budidaya biofloc ini, mengungkapkan bahwa mereka menggunakan "Bibit Kekar", varietas benih ikan nila yang istimewa. Bibit ini memiliki karakteristik unik, seperti warna yang lebih gelap dibandingkan bibit lokal di Pringsewu, dan yang terpenting, potensi waktu panen yang lebih cepat, yaitu sekitar 4 bulan dalam kondisi air dingin, berbeda dengan bibit lokal yang biasanya membutuhkan 5 bulan. Meskipun ini adalah kali pertama penggunaan Bibit Kekar, estimasi panen untuk siklus pertama masih menggunakan asumsi 5 bulan untuk kehati-hatian dan pembelajaran. Bapak Anton, Camat Ambarawa, menyampaikan harapannya agar metode biofloc ini dapat terus dikembangkan, ditularkan kepada warga dan pekon lain dengan pola kemitraan, serta menjadi salah satu produk unggulan dan ikon keberhasilan Kabupaten Pringsewu.

Dari sisi ekonomi, potensi program Biofloc Ikan Nila di Kresnomulyo sangat menggiurkan dan menjanjikan kesejahteraan. Dengan estimasi untuk 10 kolam, dan asumsi tingkat kematian optimal 10%, produksi ikan dapat mencapai sekitar 5 ton dalam satu siklus. Jika setiap kilogram ikan terdiri dari 4 ekor, maka omzet yang dapat diraih diproyeksikan mencapai Rp 100 juta. Dengan perkiraan modal bibit dan biaya operasional sekitar Rp 65 juta, BUMDes Kresno Jaya berpotensi meraup keuntungan bersih hingga Rp 35 juta per satu kali siklus panen, bahkan dengan asumsi harga jual terendah Rp 20.000 per kg. Angka ini secara jelas menunjukkan bahwa program Ketahanan Pangan berbasis BUMDes, khususnya budidaya biofloc, tidak hanya berkontribusi pada ketersediaan pangan lokal tetapi juga secara signifikan meningkatkan perekonomian masyarakat pekon secara berkelanjutan dan mandiri.

No comments:

Post a Comment

Adbox